Google mungkin terpaksa melepaskan browser internet Chrome-nya setelah hakim federal memutuskan bahwa perusahaan tersebut memegang “monopoli ilegal” atas pencarian online.
Departemen Kehakiman AS (DoJ) dilaporkan berencana meminta Hakim Amit P. Mehta untuk memerintahkan Google Alphabet menjual Chrome, menurut Bloomberg.
Jika hakim menerima rekomendasi ini, hal ini akan menandai salah satu tindakan antimonopoli paling signifikan yang dilakukan pemerintah AS terhadap sebuah perusahaan teknologi besar. Pada bulan Agustus, Hakim Mehta menemukan bahwa Google, yang menguasai sekitar 90% pencarian internet global, telah menyalahgunakan posisi dominannya untuk menghambat persaingan. Sidang untuk membahas solusi potensial dijadwalkan pada bulan April.
Chrome merupakan bagian integral dari ekosistem Google, yang memengaruhi cara pengguna mengakses internet dan melihat iklan. Browser ini menggunakan Google Penelusuran secara default dan mengumpulkan data pengguna, sehingga memungkinkan perusahaan menawarkan iklan yang sangat bertarget—sumber pendapatan yang besar. Berita tentang kemungkinan penjualan paksa menyebabkan saham Alphabet turun $1,46, atau 0,8%, menjadi $175,34 pada perdagangan setelah jam kerja di New York.
Pejabat antimonopoli juga diharapkan merekomendasikan agar Google memberikan lebih banyak opsi kepada situs web untuk mencegah konten mereka digunakan oleh produk kecerdasan buatan perusahaan. Saat ini, Google menampilkan jawaban yang dihasilkan AI, berlabel “Ikhtisar AI”, di bagian atas hasil pencariannya. DoJ mungkin juga mengharuskan Google untuk melisensikan hasil pencarian dan datanya.
Juru bicara DoJ menolak berkomentar. Lee-Anne Mulholland, wakil presiden Urusan Regulasi Google, mengkritik pendekatan DoJ, dengan menyatakan bahwa mereka menjalankan “agenda radikal yang jauh melampaui masalah hukum dalam kasus ini” dan akan merugikan konsumen.
Google bermaksud untuk mengajukan banding setelah Hakim Mehta memberikan keputusan akhir, yang diharapkan terjadi pada Agustus 2025. Solusi potensial lainnya termasuk mengakhiri perjanjian eksklusif di mana Google membayar miliaran dolar setiap tahunnya kepada perusahaan seperti Apple untuk tetap menjadi mesin pencari default di perangkat. Hakim mungkin juga mempertimbangkan untuk mewajibkan Google mendivestasikan bagian lain dari bisnisnya, seperti sistem operasi Android.