Marlow Foods, perusahaan induk dari merek nabati Quorn, telah melaporkan kerugian sebesar £63 juta karena permintaan alternatif daging terus berkurang.
Penjualan turun 6,9% menjadi £205 juta pada tahun keuangan terakhir, mendorong perusahaan tersebut melepaskan hampir 100 pekerjaan sebagai bagian dari program restrukturisasi. Penjualan Quorn di seluruh pengecer turun 8,6% dalam 12 bulan menjelang Desember 2023, mencerminkan penurunan popularitas veganisme yang lebih luas di Inggris.
Penurunan ini terjadi karena inflasi dan kenaikan biaya energi dan bahan-bahan memberikan tekanan tambahan pada perusahaan. Jumlah tenaga kerja Marlow Foods secara keseluruhan menurun dari 934 menjadi 874 pada tahun lalu karena perusahaan berupaya mengendalikan biaya di tengah lingkungan pasar yang menantang.
CEO Marlow Foods, Marco Bertacca, mengakui kesulitan tersebut, dengan menyatakan, “Dua puluh dua puluh tiga tahun adalah tahun yang penuh tantangan dimana inflasi dan suku bunga yang tinggi terus memberikan tekanan pada konsumen dan biaya produksi makanan lezat kita.” Ia menambahkan, meski ada upaya untuk meminimalisir kenaikan harga, upaya perusahaan untuk menjaga keterjangkauan justru menimbulkan kerugian.
Kemerosotan industri nabati juga berdampak pada merek-merek lain, seperti Meatless Farm dan VBites yang terjerumus ke dalam administrasi. Data pasar menunjukkan penjualan alternatif daging dingin turun 9,7% dalam 12 bulan hingga Mei, yang semakin mencerminkan kesulitan industri ini.
Terlepas dari tantangan yang ada, Bertacca tetap percaya diri dengan teknologi mikoprotein Quorn, yang menggunakan jamur yang difermentasi untuk menciptakan alternatif kaya protein: “Kami benar-benar percaya bahwa tidak ada yang bisa menandingi mikoprotein. Jamur dan fermentasi dapat menjadi solusi protein yang dibutuhkan planet ini.”