Lebih dari lima tahun setelah dimulainya pandemi, kerja jarak jauh masih menjadi bagian penting dari budaya kerja di Inggris.
Menurut data terbaru dari Kantor Statistik Nasional (ONS), 41% tenaga kerja Inggris kini bekerja dari rumah setidaknya selama seminggu, dengan 28% mengikuti model hybrid dan 13% bekerja dari rumah penuh waktu.
Perpecahan ini mencerminkan lingkungan kerja yang beragam, karena 44% pekerja masih melakukan perjalanan setiap hari, terutama mereka yang melakukan pekerjaan yang memerlukan kehadiran fisik, seperti ritel, layanan kesehatan, dan konstruksi. ONS mencatat bahwa pekerjaan hybrid kemungkinan besar akan tetap ada, terutama untuk demografi tertentu seperti orang tua dan orang tua yang berpendidikan tinggi.
Data tersebut menyoroti kesenjangan demografis: 29% pekerja berusia di atas 30 tahun mengadopsi model hibrida, dibandingkan dengan hanya 19% pekerja berusia 16-29 tahun. Orang tua yang bekerja juga lebih cenderung bekerja paruh waktu dari rumah (35%), dengan proporsi ayah yang lebih tinggi dibandingkan ibu yang bekerja secara hybrid. Pekerja yang memiliki gelar sarjana memiliki kemungkinan sepuluh kali lebih besar untuk mengikuti model hibrida dibandingkan mereka yang tidak memiliki kualifikasi, masing-masing sebesar 42% berbanding 4%.
Tren ini terutama terjadi pada sektor-sektor seperti TI dan layanan profesional, di mana peran ramah jarak jauh lebih umum dilakukan. Sementara itu, hampir separuh manajer senior dan direktur mengikuti jadwal yang beragam, meskipun para kritikus berpendapat bahwa pekerjaan jarak jauh dapat membatasi kesempatan belajar bagi staf junior yang kehilangan bimbingan langsung.
Survei ONS juga menunjukkan bahwa bekerja dari rumah membawa keuntungan pribadi. Pada hari-hari ketika karyawan bekerja dari jarak jauh, mereka menghemat rata-rata 56 menit dalam perjalanan, dan banyak yang menggunakan waktu ini untuk tambahan 24 menit di tempat tidur dan 15 menit untuk berolahraga tambahan.
Terlepas dari preferensi ini, survei terbaru menunjukkan bahwa para pemimpin perusahaan mungkin ingin mempekerjakan kembali pekerjanya di kantor. Sebuah studi KPMG mengungkapkan bahwa sebagian besar CEO ingin kembali ke sistem kerja sebelum pandemi pada tahun 2027. Hal ini menunjukkan bahwa masa depan kerja jarak jauh di Inggris mungkin tidak pasti karena dunia usaha mempertimbangkan keseimbangan jangka panjang antara fleksibilitas dan kolaborasi di kantor.